makananhewani.com - Cabai si kecil pedas merupakan salah satu komoditas yang banyak digemari oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada statistik holtikultura, konsumsi cabai rawit oleh sektor rumah tangga pada tahun 2022 mencapai 636,56 ribu ton, angka tersebut meningkat dari 2021 yang sebanyak 596,14 ribu ton dan juga capaian 2020 sebanyak 549,48 ribu ton.
Baca juga: Jumlah Penduduk Indonesia Terhadap Permintaan Cabai
Namun, produksi cabai rawit, konsumsi komoditas ini mencapai 569,65 ribu ton pada 2022. Capaian ini juga naik 7,86% atau 41,51 ribu ton, dari konsumsi 2021 sebesar 528,14 ribu ton. Harga cabai merah yang merupakan salah satu jenis cabai yang banyak digunakan dalam masakan Indonesia juga mengalami kenaikan dan menjadi penyumbang inflasi di Indonesia.
Hal tersebut dapat menjadi cerminan bagaimana si kecil pedas ini menjadi bagian yang tidak dapat terlepaskan dalam konsumsi rumah tangga sebagian besar penduduk di Indonesia. Karena tergolong komoditas yang banyak digemari, cabai menjadi salah satu tanaman hortikultura sayuran yang paling banyak diusahakan di Indonesia.
Baca juga: Pasar Sambal Semakin Pedas
Dalam hal ini, tentu kita bisa membahas cabai dalam konteks statistik Indonesia. Cabai adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki signifikansi ekonomi. Luas panen cabai memiliki peringkat tertinggi dibandingkan dengan luas panen pada sayuran lainnya. Berbicara dari produksi cabai kita dapat melihat data statistik tentang produksi cabai di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan dari tahun 2017, produksi cabai rawit sebesar 1,15 ton kemudian produksinya terus meningkat hingga pertengahan tahun 2023. Ini akan memberikan gambaran tentang sejauh mana produksi cabai telah berkembang.
Kausalitas antara produksi, harga dan permintaan barang diibaratkan rantai besi yang sulit untuk dipisahkan. Menurunnya produksi cabai akibat serangan hama dan penyakit berimbas pada langkanya penawaran dipasar yang menyebabkan tingginya permintaan oleh para pelaku ekonomi.
Hal ini tentunya menyebabkan harga cabai kian bergejolak, terganggunya fluktuasi harga cabai tentu akan menimbulkan keresahan dari hulu hingga ke hilir, baik dari kebun cabai hingga sampai ke meja makan. Sejak beberapa tahun terakhir ini, sipedas kecil ini menjadi bahan pembicaraan hangat di tengah-tengah masyarakat.
Baca juga: Tantangan Bisnis Saus Sambal Kemasan
Pada akhirnya, pemerintah pun terpaksa harus turun tangan melakukan pengendalian terhadap pedasnya harga cabai. Bagaimana tidak, lonjakan harga cabai telah memicu inflasi cukup tinggi, sehingga menjadi komoditi strategis yang perlu untuk di kendalikan.